Rabu, 16 Juli 2008

Menulis Untuk Berkomuniasi

Saya mempunyai keponakan yang memiliki dua anak laki-laki, mereka tidak mampu berkomunkasi verbal. Mereka tidak bisa bicara. Kedua anak ini juga tidak bisa mendengar, karena keponakan saya tidak paham untuk menurunkan panas ketika anak sakit. Dan Tuhan telah menguji keponakan saya ini dengan menitipkan dua anak tuna rungu. Ada rasa cemas, beban dan kepenatan tergambar di wajah keponakan saya. Tuna wicara ada kaitan dengan ketulian.

Kemampuan komunikasi bertolak dari empat kemampuan atau modal dasar yaitu: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Ada kaitan jelas mendengar dan berbicara. Hanya anak yang memiliki pendengaran baik bisa berbicara. karena pada awal dia bisa mengulangi bunyi. Kemampuan membaca memungkinkan seorang memiliki kemampuan menulis. Pada hakikatnya keempat modal dasar ini saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Dari semua kemampuan komunikasi ini kemampuan menulis dikembangkan paling akhir. Tetapi kemampuan menulis tidak bisa berdiri sendiri. Kemampuan menulis mengandalkan adanya kemampuan lain. Karena sebelum kemampuan tulis dicapai, kemampuan lain harus lebih dahulu berkembang secara maksimal dan berimbang.

Menulis adalah berbicara lewat tulisan. Tetapi untuk menulis sebanyak kita bicara tidaklah mudah. Saya juga pernah mengalami bahwa tidak mudah berkomunikasi secara tertulis. Pepatah bilang ala bisa karena biasa. Perbiasakan menulis. Menulis sebanyak anda bicara. Ketrampilan menuntut jam terbang. Semakin banyakmelakukannya semakin tinggi ketrampilan yang dicapai. Semakin sering menulis, semakin terasah kemampuan kita untuk menulis. Karier seorang bakal menjadi lebih lengkap bila memiliki kemampuan menulis. Berkomunikasilah dengan tulisan-tulisan anda.

Tidak ada komentar: